Minggu, 19 Juni 2011

Bulan Puasa, Saatnya Menjadi Umat Berkarakter

KH Abdusshomad Buchori

Ketua Majelis Ulama Indonesia, Jatim

Sebagai seorang muslim, datangnya bulan Ramadhan harus disambut dengan senang hati. Karena ini semua merupakan sebuah kenikmatan yang tiada tara. Betapa tidak, tahun kali ini kita masih diberikan umur panjang dan kesehatan sehingga masih bisa merasakan kenikmatan di dunia ini. Oleh sebab itu kedatangan bulan suci Ramadhan harus disambut dengan gembira sebagai rasa syukur sebagai seorang muslim. Inilah ungkapan pembuka KH Abdusshomad Buchori, Ketua Majelis Ulama Indonesia wilayah Jawa Timur saat ditemui di kantor MUI.

Menurutnya bulan puasa merupakan kesempatan emas untuk mendidik karakter menjadi lebih baik. Karena saat ini tidak sedikit yang beranggapan bahwa datangnya bulan puasa menjadikan momok yang dikhawatirkan. Puasa dianggap sebuah beban yang menjadikan seseorang malas bekerja dan lainnya. Lebih jelas, beliau menegaskan bahwa makna puasa bukan saja menahan makan dan minum dari sahur hingga berbuka puasa, namun puasa merupakan ajang untuk mendidik kedisiplinan, kejujuran, kesabaran, menahan hawa nafsu dan lainnya. “Sehingga pesan perintah puasa dalam AL Quran, la’alakum tattakun benar-benar terealisasi. Bukankah itu inti dari melaksanakan puasa, yaitu menjadi insan yang bertakwa,” tuturnya.

Lantas jika sukses dengan puasanya maka setiap orang akan memiliki karakter yang lebih baik. Efeknya negeri ini akan menjadi negeri yang berkah dan akan mendapatkan rejeki Allah dari segala penjuru. Namun sebaliknya, jika manusia itu semakin lama semakin tidak mengenal Allah, mengabaikan perintahnya dan selalu membuat kerusakan, maka kehancuran akan menimpa suatu negeri, dengan mengutip ayat Al Quran surat Al Isra’ ayat 16 yang memiliki arti “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”. “Jani Allah dalam ayat tersebut bukan main-main. Maka sebagai seorang muslim seharusnya menelaah dan memahami pesan ayat tersebut,” tambahya.

Beliau melanjutkan, bahwa puasa yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, secara nyata akan membantu meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang merugikan, dan membawa perubahan besar pada diri kita. Sehingga efek puasa tersebut akan menjadi benteng yang kokoh terhadap godaan-godaan syetan, secara otomatis insan seperti itu akan selalu takut mengerjakan perbuatan-perbuatan jahat.

Ironisnya hingga saat ini masih banyak kejahatan-kejahatan yang terjadi. Bahkan sangat marak sekali di kalangan masyarakat kita. Lihat saja korupsi dimana-mana, kecurangan-kecurangan, dan krisis kejujuran. Seperti kasus yang baru saja menimpa Siami dan anaknya, Alifa Ahmad Maulana siswa kelas VI SDN Gadel II, Kecamatan Tandes, Surabaya, yang mengungkap kasus menyontek masal, yang berujung diusirnya mereka dari tempat tinggalnya.

“Nah, seperti inilah potret masyarakat kita saat ini. Sangat sedikit yang menyuarakan kejujuran, dan parahnya yang sedikit tersebut malah tertindas. Yang banyak malah melindungi kejelekan, inilah yang perlu dibasmi. Sehingga momen Ramadhan yang datang sebentar lagi daharapkan mampu, paling tidak memberikan perubahan nyata pada masyarakat kita,” ujarnya.

Sehingga, harapannya kedepan masyarakat kita yang mengaku muslim benar-benar sesuai identitasnya, karena hingga saat ini Indonesia masih berstatus dengan penduduk muslim terbesar namun masih banyak yang hanya berstatus Islam di KTP saja. Menjadi insan yang bertakwa yang keberadaanya dirindukan insan lain adalah suatu keharusan bagi setiap muslim.

Bersama mari kita selamatkan diri kita, keluarga dan bangsa dari kehancuran dan murka Allah, ajaknya. Sekali lagi, sambut Ramadhan dengan gembira, dan jadikan bulan tersebut memperbanyak amal-amal, seperti zakat, sodaqhoh, zikir, tarawih dan lainnya. Jangan hanya semangat di awal-awal saja, karena dalam puasa dibagi menjadi tiga bagian, sepuluh hari pertama adalah rahmat, kemudian sepeuluh hari kedua adalah pengampunan, dan sepuluh hari terakhir adalah terhindarnya dari neraka. “Mari kita sambut Bulan Ramadhan dengan senang hati. Dan tingkatkan ketaqwaan kita pada Allah untuk menjadi umat yang berkarakter dan bertaqwa,” tutupnya.

By: Dedik Santosa, wawancara 15/6/2011

1 komentar:

  1. Jangan berhenti untuk terus berkarya, semoga

    kesuksesan senantiasa menyertai kita semua.
    keep update! Velg mobil

    BalasHapus

Pages

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Support by

Support by Pemilik Blog, Dedik (STAIL) Thanks untuk dukungannya,-Dian (ITB)-Yani (UGM). Kirimkan berita/info Semina, Lomba, Kompetisi, Beasiswa, dll untuk kita bagi kepada saudara-saudara kita

My Guest

Pengikut


blogging portal

Web hosting for webmasters